![]() |
| Foto: Aksi penggalangan dana untuk korban banjir di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh |
PONTIANAK - Sejumlah komunitas di Pontianak, di antaranya Komicpon Community, Omprenk Community, Kapak Merah Community, SFC (Slank Fans Club) Pontianak, Gitarpon Community, serta masyarakat umum, menggelar aksi penggalangan dana untuk korban banjir di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga malam - mulai Jumat, 5 Desember hingga Minggu, 7 Desember 2025 - ini dilakukan dengan mengamen dari satu warung kopi ke warung kopi lainnya hingga titik akhir di Bundaran Tugu Digulis Universitas Tanjungpura.
Koordinator aksi, Endra Despani, menyampaikan bahwa tujuan kegiatan tersebut adalah untuk membantu masyarakat yang terdampak banjir.
“Dari kegiatan penggalangan dana ini, sementara terkumpul Rp9,8 juta dalam waktu tiga hari. Aksi kami menyasar berbagai wilayah di Kota Pontianak dengan mengamen keliling warkop hingga berakhir di Bundaran Tugu Digulis,” ujarnya.
Ia menambahkan, metode mengamen dipilih untuk mengajak masyarakat turut berpartisipasi sekaligus menyebarkan informasi mengenai dampak banjir dan pentingnya solidaritas.
“Melalui aksi ini, kami berusaha membangun kepedulian dan solidaritas masyarakat Kota Pontianak terhadap sesama. Selain itu, kami berharap aliansi yang terbentuk ini tidak hanya berhenti pada penggalangan dana untuk bencana kali ini, tetapi juga mampu merefleksikan langkah-langkah selanjutnya setelah banjir mereda,” tambahnya.
Endra turut menyoroti kondisi ekologis Sumatra, yang menurut data Global Forest Watch (GFW), menjadi pusat krisis deforestasi di Indonesia. Selama dua dekade terakhir (2002–2024), Sumatra kehilangan tutupan pohon hingga 4,3 juta hektare dan menyumbang sekitar 44% dari total deforestasi netto nasional - menjadikannya kontributor terbesar di antara pulau-pulau besar lainnya.
“Ke depan, kami akan melakukan aksi-aksi lanjutan untuk membantu memutus siklus bencana ini. Dibutuhkan intervensi mendalam, bukan hanya respons darurat. Jika dibiarkan, frekuensi bencana akan terus meningkat. Kami juga berencana berdiskusi dengan berbagai pihak untuk menegaskan bahwa bencana alam ini adalah krisis ekologis yang perlu direspons dengan langkah efektif, termasuk rehabilitasi fungsi hutan Sumatra sebagai penopang kehidupan berkelanjutan,” tutupnya.
Sebagai informasi, komunitas-komunitas tersebut akan kembali melanjutkan aksi penggalangan dana untuk korban bencana di Sumatra dan Aceh sebagai acara puncak pada 19 Desember 2025 di Warkop Aming, Jalan Podomoro, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. (Izhar)
